Gunung Lawu (Mereka menjadi
Kami)
Para alien dari Planet UNY
Community
Awalnya
saya sama sekali tidak berniat ikut mendaki dengan rombongan mereka, bukan
berarti saya tidak ingin naik gunung. Alasannya saya tidak mengenal teman-teman
yang akan mendaki bersama saya, saya juga tidak berani bila berpegian jauh naik
motor sendirian, well entah itu alasan yang berbobot atau tidak, tapi itu
kenyataannya. Sebenarnya kalau saya mau, saya bisa berkenalan dengan mereka
saat TM. Karena hati saya sedang gundah gulana, diterjang berbagai macam alasan
yang bergemuruh bagaikan badai di pikiran saya, akhirnya saya memutuskan untuk
tidak berangkat TM pada hari Kamis, tanggal 13 Maret 2014, sore pukul 16.00
WIB. Sepertinya memang seperti itu seharusnya terjadi.
Jumat
malam saat saya sedang berada di Pantai Parangtritis, pikiran saya tiba-tiba
berubah lagi, pada awalnya saya yang yakin tidak ikut dalam pendakian gunung
kali ini, tiba-tiba tergeser dengan emosi kesepian saya. Heehee.. (Adam..mana..Adam, aku di sini :D).
Otak
saya bekerja bekerja begitu keras, untuk memutuskan hal yang begitu penting,
saya paksa otak saya untuk berpikir, banyak pertimbangan untuk berangkat atau
tidak berangkat, salah satu nya kondisi
fisik saya yang memang sedang tidak stabil (kurang istirahat). Agenda di
Parangtritis memang menguras tenaga dan pikiran, walaupun saya tidak melakukan
apapun, untuk sekadar tidur nyenyak pukul 1.00 dini hari rasanya kurang nyaman
tidak seperti di kasur sendiri. Disaat teman-teman saya sibuk mengurus acara,
saya dan salah satu teman saya bertugas menjaga basecamp. Tugasnya cukup
sederhana, kami hanya disuruh menunggui.
Kalian tahu apa yang kami lakukan? Yaaappp.. benar sekali, kami berdua tidur
menghimpun tenaga untuk digunakan keesokan harinya.
Subuh,
Kami berdua meninggalkan Pantai Parangtritis. Teman saya ada acara observasi
sekolah sehingga dia ijin meninggalkan acara, kalau saya “kalian tahu sendiri kan?”Kami berdua sampai di Jogja pukul 7.00
pagi. Saya sama sekali belum menyiapkan apapun untuk mendaki keangkuhan Gunung
Lawu. Kegiatan pertama yang saya lakukan adalah kegiatan fisik yang sangat
berpengaruh bagi daya tahan tubuh saya saat mendaki yaitu, TIDUR hahahahhaaa . . .jujur saat itu saya masih sangat mengantuk.
Saya bangun pukul 8.00 dilanjutkan dengan aktivitas selanjutnya yaitu belanja
dan pergi ketempat penyewaan untuk pendakian.
Huahhh
pagi itu rasanya sunguh Amazing luar
biasa. Oo iya saya belum memperkenalkan
teman-teman saya ya? Sabar, masih
belum saatnya, sebentar lagi :*
Ting..
tong.. ting.. tong.. alarm HP saya berbunyi (sesungguhnya tidak hee)
menunjukkan pukul 10.00, saya langsung menghubungi Ketua suku Awan melalui
pesan singkat super cepat. Kata Pak Awan “teman-teman lain sudah pada
menunggu.”
Waduhhh
hati saya langsung berdebar-debar, duh salah ya, maksud saya jantung. Saya
berpikir alien-alien macam apa yang akan saya temui sebagai teman mendaki saya.
Apakah mungkin saya sendiri alien bagi mereka, Gaswatt kalau begitu... Tarik
nafas, tahan, buang.. huuhh
Odong-odong
merah sudah saya hidupkan, mari kita pemanasan terlebih dahulu, huha-huha-huha.
Oke pemanasan selesai, melaju ke medan pertempuran *eh.. maksud saya meluncur
dengan kecepatan standar ke Rektorat cuussss..
-------S
l o
w m
o t
i o n
---------
Seperti
di film-film adegan diperlambat dengan tenang. Saat odong-odong merah saya
berhenti, dan semua pasang mata para alien memandangi saya. Saya dengan sangat
anggun dan berhati-hati membuka helm dan efek angin sepoi-sepoi menerpa
kerudung merah jambu saya, membuat suasana seakan sempurna. Senyum saya merekah
kepada mereka, berusaha membuat kesan pertama begitu elegan dan tajam wuessss,
dengan penampilan saya yang lumayan lah, walau pake training dan make-up
seadanya. Pokonya saya sudah berusaha. Seeeetttt
waktu kembali normal
Saya
terkejut ternyata teman dari satu suku juga ikut Zizi namanya, beruntung sekali
saya menemukan oase ditengah panasnya kesendirian. Setelah itu saya mulai
berkenalan dengan para alien-alien itu.
Ada alien perempuan lagi rupanya namanya mbak Hanum, saya langsung bisa
akrab dengan mbak Hanum, mbak Hanum orangnya rame dan enak buat diajak
ngobrol “kalo aku si yes”*eh looo.
Untuk
beberapa saat, mata saya langsung jelalatan, saya melihat beberapa alien yang
berbeda jenis di sini. Huaawwww kesan
pertama saya. Saya mulai berkenalan dengan mereka, ada yang namanya alien Awan
(Ketua suku dari planet UNY Community),
Alien Wawan (abang Kalimantan singgah di Jawa), Alien Anggun (mas yang sangat
anggun saat berbicara, teman motornya Zizi), Alien Okti (Mang Okti yang super
ngebut, kocak), Alien Han(Ome Han yang tetap semangat), yang satunya lagi alien
Clana Pendek (mas yang pake clana pendek, sampai sekarang saya masih belum tahu
nama anda huhuhu sedihnya, tapi masnya
seneng senyum).
Jam
sudah menunjukan pukul 11 kurang, saya dan teman-teman belum juga berangkat,
ternyata masih ada satu alien lagi yang ditunggu, ternyata BUUUMMM. Alien Indah
dari suku yang sejenis dengan saya datang. Wkwkwkwkwkkk dunia memang
benar-benar sebesar Rektorat.
Pukul
11.00 Perjalanan dimulai dari Rektorat UNY menuju tempat wisata di Jawa Timur
Cemorosewu. Sebelum sampai di tempat tujuan, saya dan teman-teman singgah
sebentar untuk mengisi kekosongan rongga di dalam perut alias makan di daerah
Karanganyar, Jawa Tengah. Sesampainya di sana tenyata cuaca tidak mendukung
untuk pendakian. Hujan lebat dan kabut mengguyur jalan setapak yang akan saya
dan meraka lewati. Akhirnya saat sang Hujan sudah mulai berhenti gelisah saya
dan teman-teman mulai mendaki diawali dengan berdoa dan pemanasan terlebih
dahulu. Eehhh.. ada yang ketinggalan ada satu alien lagi yang terlupa, namanya
alien Emma (sang pengabadi moment, Fotografer kita ).
Saya
dan teman-teman benar-benar mirip alien dengan jas hujan yang beraneka ragam
dan beraneka warna, yang menyatu dengan tubuh kami masing-masing. Langkah
pertama saya awali dengan bismillah, mantapkan
langkah menelusuri tangga-tangga ajaib yang tebuat dari tumpukan batu.
Satu jam terlewati, kaki kami yang banyak bergerak, mendapati catatan akan indahnya anak tangga yang diciptakan Sang PENCIPTA, tangan kami yang menjangkau pegangan untuk menjaga keseimbangan dan untuk menggengam erat tangan saudara kami, mata kami yang saling menguatkan dan berbicara melalui kerlipan bahwa “Kita Bisa Kawan”, hati kami yang selalu terhubung untuk saling mencintai dan mengucap tasbih akan kebesaran-Mu Tuhan.
Satu jam terlewati, kaki kami yang banyak bergerak, mendapati catatan akan indahnya anak tangga yang diciptakan Sang PENCIPTA, tangan kami yang menjangkau pegangan untuk menjaga keseimbangan dan untuk menggengam erat tangan saudara kami, mata kami yang saling menguatkan dan berbicara melalui kerlipan bahwa “Kita Bisa Kawan”, hati kami yang selalu terhubung untuk saling mencintai dan mengucap tasbih akan kebesaran-Mu Tuhan.
Hujan,
kabut, batu, tanah, tumbuhan, dan hewan. Saya dan teman-teman mulai terbiasa
dengan itu semua. Dari awal berangkat pada hari Sabtu sekitar pukul 16.30 kami
sudah ditemani dengan hujan, sehingga kami semua sudah cukup merasa akrab
dengan keadaan di sini. Dingin itu pasti, medan yang tak mudah itu jelas,
dengan ketinggian 3267 Mdpl memang. Tapi saya dan teman-teman menikmati
tantangan ini.
Selangkah
demi selangkah terlewati, tanjakan dan tangga-tangga ajaib mulai kami makan.
Dengan kesabaran saya dan teman-teman sampai di pos pertama. Lelah sangat,
sebelum sampai di pos pertama ada banyak pos-pos kecil yang kami sah kan dengan
nama ”Anak-Anak Pos Satu” yeeee....
Perjalan masih berlanjut, hujanpun masih setia menemani langkah kokoh kami.
Saya mulai mengeluh, mengapa jarak antara pos pertama dan kedua sangat jauh,
tapi memang begitu keadaannya. Jarak pos terjauh adalah pos pertama menuju pos
kedua. Untuk mengusir ketenangan dalam perjalanan, kadang kami mengobrol hal
yang tidak penting. Tapi menurut saya hal yang tidak penting itu justru menjadi
penting untuk membuat hangatnya kebersamaan.
Pos
demi pos telah terlewati dengan teguhnya niat kami mencampai puncak. Pos terakhir
adalah pos lima, kami bagian yang rombongan awal memutuskan unuk melanjutkan
perjalanan menuju puncak dan membuat tenda di puncak. Anggota badan mulai
kelelahan tapi semangat dari hati kami tak padam hanya kerena hujan. Terus
maju, pantang mundur, kami regu awal hanya berbekal peta dan belum pernah ada
yang mendaki Gunung Lawu, dengan berbekal peta, kepercayaan, dan kesabaran,
kami menelusuri jalan yang agak berbeda dengan pos-pos sebelumnya. Kami sempat
ragu apakah jalan yang kami lewati itu benar atau salah. Tapi kami terus
mencoba. Hingga matahari mulai siap menyapa kami. Pukul 4.00 pagi kami
rombongan awal sampai di puncak. Alhamdulillah.
Kami
membuat tenda seadanya karena kondisi fisik kami bisa dibilang lemah. Berjalan
hampir 12 jam di selingi dengan istirahat. Beberapa saat kemudian teman-teman
kami di belakang mulai berdatangan. Saya yang baru bangun tidur, ternyata
disebelah saya sudah ada Zizi dan mbak Indah, akhirnya kalian sampai juga.
Mumumumu :*
Kami
foto bersama-sama di puncak Lawu, Kelelahan kami mulai pudar dengan adanya
pemandangan yang terbentang sejauh mata melihat. Rasa dingin kami mulai
menghilang dengan adanya serbuk-serbuk ajaib matahari yang melumuri tubuh
kami.
Awalnya
kami yang tidak saling mengenal dipertemukan dalam satu situasi. Disini tidak
ada lagi saya dan mereka, yang ada
hanya kami.
Kami sang alien
pengembara alam.
Saya belajar arti pengorbanan, saya belajar
arti keikhlasan, belajar arti perjuangan, kesungguhan, dan persahabatan yang di
mulai dari Lawu.
Love
you semua, entah agenda apa lagi yang akan kita lewati bersama. Masa depan
masih misteri, jagalah dan hargailah yang ada sekarang. Itu bisa membantu untuk
mempertemukan kita kedepannya. Sahabat-sabahat alienku, aku juga termasuk dari
kalian.
UNY
COMMUNITY :*
(Lia
Pasti Bisa)
Di puncak Lawu
Berkibarlah Sang Saka Merah Putih
menghangatkan badan di pos tiga
Puncak Lawu
Sebelum Manjat
Teman-teman :D