Jumat, 25 Juli 2014

Andai kau benar benar melihatku


Dikala usiaku telah menginjak 21 tahun. Aku memikirkan tentang masa depanku.
 Lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Andaikan aku bayi yang baru lahir dalam selang waktu lima tahun. Aku sudah melewati beberapa tahap pertumbuhan. Masih kurangkah lima tahun aku menantikanmu?? Memang banyak kisah-kisah di dunia ini yang lebih lama dari kisahku ini. Dalam waktu lima tahun memang tidak hanya kau yang mengisi keseharianku. Karena aku pun tidak bisa menolak jalan takdir Tuhan. Ada orang lain yang dikirimkan Tuhan kepadaku sebelum aku bisa mengenalmu. Tapi saat aku dipertemukan lagi denganmu yang dulu pernah ku kagumi. Hati ini tergoyahkan.
Aku sudah lelah mengenal orang lain. Sungguh lelah hati ini. Aku berpikir dirimu yang akan menjadi terakhir untukku. Tapi bila suratan Tuhan tak mengizinkan kau menjadi belahan jiwaku. Aku harus bisa mengikhlaskanmu. Seberapa keras nya aku berusaha bila hanya aku yang berusaha menggandeng tanganmu. Saat melewati terjalnya jalan hidup. Aku mungkin akan lelah pada akhirnya apabila kau tak menggengam tanganku erat pula. Tolong mengertilah aku di sini. Betapa sakitnya menarik sendiri.

 
Walaupun kau pada akhirnya mengatakan hal yang selama ini hanya berada dalam angan semu. Dan kau mengucapkannya pada saat yang tak terduga. Aku kaget, tapi entah hati ini penuh keraguan. Saat kau mengatakan lewat pesan singkat. Bukannya bermaksud membandingkanmu dengan orang lain yang pernah mengisi hidupku. Tapi saat itu aku tahu cinta itu tidak seperti ini. Hal yang kurasakan saat bersamamu seperti ada yang salah akhir-akhir ini. Entah apa ada sesuatu yang tak bisa ku ungkapkan. Mengganjal begitu saja. Kau yang dtang tiba-tiba sejak lima tahun. Mengisi berbulan-bulan hariku yang kosong. Aku seperti menemukan secuil harapan dibalik dekatnya dirimu. Kau berhasil membangunkan perasaan lamaku yang telah tertidur lelap selama beberapa tahun. Tak apa kau membangunkannya aku jadi bisa merasakannya kembali. Aku pun bisa mengingat rasanya mencintaimu saat kita masih di sekolah yang sama.
Bukan menjadi rahasia lagi bagimu kalau aku menyukaimu. Memang benar aku menyukaimu. Benar aku menyukaimu. Tapi bukan berarti kau bisa menganggap diriku ini gampang. Aku memang menyukaimu. Aku merasa bahwa kau menganggap untuk mendapatkanku tidak butuh perjuangan karna kau tahu aku menyukaimu. Itu yang selama ini aku rasakan. Walau setiap hari kita berkomunikasi. Tapi kau juga harus tahu bagaimana perasaanku saat kau perlakukanku seperti ini. Aku memang tak pernah bilang kepadamu. Aku juga sama seperti wanita-wanita yang pernah mengisi hidupmu. Aku yakin kau tahu cara memperlakukan mereka.
Aku bisa membedakan orang yang benar-benar menginginkanku dan orang yang mencoba menerimaku. Kau seperti seseorang yang sedang mencari sesuatu. Karna kau tahu aku menyukaimu. Kau berusaha menerimaku. Aku tak memaksamu untuk menjadikanku bagian darimu. Sungguh aku tak memaksamu. Kau mau berteman akrab denganku saja itu sudah membuatku senang. Jujur kalau seperti ini aku juga terluka. Tak bisa dipungkiri pula kalau aku menginginkan lebih. Sejujurnya sudah berkali-kali aku berniat untuk berhenti mengharapkanmu. Aku seperti mengharapkan api yang sebentar lagi akan padam. Aku lelah, setiap aku memutuskan untuk berhenti mengharapkanmu kau selalu muncul, selalu begitu dan terus berulang.
Aku yakin kau tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita yang spesial di hidupmu. Tapi aku tidak merasa diperlakukan begitu olehmu. Aku ingin diperlakukan seperti mereka. Sungguh aku sangat iri. Aku tak ingin berada dalam topeng kepura-puraan saat aku benar-benar bersamamu. Tapi semuanya masih aku sembunyikan. Aku takut, tak sepatutnya aku yang bertindak dulu. Aku malu, aku takut sakit pada akhirnya. Kau sama sekali tak menunjukan tanda-tanda bahwa kau menyukaiku. Kau tak pernah menunjukkan kata-kata hangat padaku. Bahkan sikapmu tak ubahnya teman biasa. Kau seperti tak ingin mengetahui semua tentangku. Tak sepertinya acuh tentang duniaku. Kau selalu berkata aku payah dan alay. Aku merasa semua yang aku lakukan bila bercerita denganmu pasti mendapat tanggpan “payah atau alay”. Tidak adakah kata” lain yang bisa kau ungkapkan?
Mungkin kau belum bisa mengatakannya karna kaupun belum yakin dengan perasaanmu sendiri. Untuk memulainya aku tidak ingin ada kepura-puraan diantara kita. Bila kau saja tidak mantap, tidak niat, tidak sungguh-sungguh, bagaimana bisa aku terbuka kepadamu. Kita hanya seperti robot yang dipersatukan oleh kata pacaran. Bila itu memang terjadi. Bukan dipersatukan oleh hati. Hahahahaaa pasti kau bilang aku alay lagi kan? Ya mungkin cuma kata itu yang bisa kau katakan. Bahkan saat aku memberimu sebuat foto yang bertulskan namamu. Kau menyebutkan alay.
Kau mungkin tak tahu setiap kali aku bisa, aku selalu mengamatimu dalam diam. Diam-diam lewat depan kosmu. Memastikanmu ada di kamar atau tidak. Saat beberapa hari kau tak ada kabar. Setelah pencoblosan presiden, kita memang disibukkan oleh kkn ppl. Aku kembali ke jogja dan tempat pertama yang ku tuju adalah kosmu. Memastikanmu berada di sana. Tak berani melihatmu secara langsung, hanya mengamatimu dalam diam sudah membuatku lega mendapatimu di sana.

Andai kau benar- benar melihatku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar