Romantika
semasa kuliah memang membawa pahit manisnya sendiri dalam mewarnai kehidupan
kaula muda ya gaes. Pernah dengar lagu ini “masa-masa
paling indah masa-masa di sekolah”? Di sekolah ataupun di kampus memiliki
pasangan bukan menjadi hal yang tabu. Bila dikaitan dengan kata yang bernama SKRIPSI mahasiswa semester akhir pasti sangat
mengenalnya dengan sangat. Skripsi adalah tugas suci bagi mahasiswa S1 yang
wajib ditakhlukan. Banyak kabar burung yang beredar “yakin nyantumin nama pacar?
kan belum menjadi suami/istri?” Skripsi memang hanya sekali, karena butuh
perjuangan sebegitu besarnya, mari kita ulas “perlu enggak sih nyantumin nama pasangan di halaman persembahan
skripsi?”
Ubur-Ubur Merah
Saya hanya anak manusia yang terlahir di dunia, tempat di mana Adam dan Hawa di buang dari Surga.
Kamis, 07 Mei 2015
Selasa, 18 November 2014
Tanda Tanya Laptop (?)
Ini
cerita yang sederhana. Tapi tak sesederhana bagaimana proses ceritanya ini
terjadi. Kisah atau tragedi ini bisa dialami oleh siapa saja. Kebetulan sekali
kisah atau ya...bisa disebut tragedi
menimpa teman kos saya. Saya di sini hanya sebagai penonton. Penonton yang ikut
andil sedikit tapi tetap mengikuti jalannya cerita dengan hikmat. Sempet deg-degan juga sih.
Saya
menulis kisah yang familiar ini setelah melihat akhir yang sungguh tak terduga.
Menurut saya kisah ini patut buat pelajaran semua orang. Sebelumnya saya
menulis cerita ini bukan untuk menjelek-jelekkan teman saya tetapi semoga bisa
bermanfaat untuk orang lain. Jadi dalam cerita ini saya akan menggunakan nama
samaran untuk teman-teman saya yang sangat saya sayangi.
Kisah
kehilangan laptop ini terjadi di kos putri berlantai 3. Kos yang pengamanannya EKSTRA KETAT menurut saya sendiri sebagai penghuni kos itu
selama hampir 3,5 th. CCTV terpasang di
luar dan di dalam kos. CCTV yang terpasang di dalam hanya di lantai dasar yaitu
tempat parkir motor dan ada kamar tidur korban yang bernama Paijem (nama samaran loh haha...). Pintu gerbang
yang selalu tertutup dan dikunci karena masing-masing anak membawa kunci
gerbangnya sendiri-sendiri. Kebayang dong betapa ketatnya kos yang saya huni
ini. Koordinasi kos saya juga tertata rapih ada ketua dan koor di setiap lantai
nya. Saya juga pernah menjabat sebagai ketua kos selama satu periode (pamer
dikit lah he..he..).
Jumat, 25 Juli 2014
Andai kau benar benar melihatku
Dikala usiaku telah menginjak 21
tahun. Aku memikirkan tentang masa depanku.
Lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Andaikan aku bayi yang baru lahir dalam selang waktu lima tahun. Aku sudah melewati beberapa tahap pertumbuhan. Masih kurangkah lima tahun aku menantikanmu?? Memang banyak kisah-kisah di dunia ini yang lebih lama dari kisahku ini. Dalam waktu lima tahun memang tidak hanya kau yang mengisi keseharianku. Karena aku pun tidak bisa menolak jalan takdir Tuhan. Ada orang lain yang dikirimkan Tuhan kepadaku sebelum aku bisa mengenalmu. Tapi saat aku dipertemukan lagi denganmu yang dulu pernah ku kagumi. Hati ini tergoyahkan.
Lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Andaikan aku bayi yang baru lahir dalam selang waktu lima tahun. Aku sudah melewati beberapa tahap pertumbuhan. Masih kurangkah lima tahun aku menantikanmu?? Memang banyak kisah-kisah di dunia ini yang lebih lama dari kisahku ini. Dalam waktu lima tahun memang tidak hanya kau yang mengisi keseharianku. Karena aku pun tidak bisa menolak jalan takdir Tuhan. Ada orang lain yang dikirimkan Tuhan kepadaku sebelum aku bisa mengenalmu. Tapi saat aku dipertemukan lagi denganmu yang dulu pernah ku kagumi. Hati ini tergoyahkan.
Aku sudah lelah mengenal orang
lain. Sungguh lelah hati ini. Aku berpikir dirimu yang akan menjadi terakhir
untukku. Tapi bila suratan Tuhan tak mengizinkan kau menjadi belahan jiwaku.
Aku harus bisa mengikhlaskanmu. Seberapa keras nya aku berusaha bila hanya aku
yang berusaha menggandeng tanganmu. Saat melewati terjalnya jalan hidup. Aku
mungkin akan lelah pada akhirnya apabila kau tak menggengam tanganku erat pula.
Tolong mengertilah aku di sini. Betapa sakitnya menarik sendiri.
Sabtu, 07 Juni 2014
Cerpen "BUKU BERGAMBAR"
BUKU BERGAMBAR
KARYA
Ketika aku menatap wajahku di cermin. Terbias
bayangan wajahku yang sempurna. Kulitku putih, rambut lurus panjang sebahu,
hidung mancung, dan mata bulat. Kupandangi lekat lekat kembaranku itu. Ada
kesedihan yang tergambar di matanya. Saat
tanganku mencoba menyentuh kembaranku yang berada di cermin. Sekelilingku
gelap, lantai yang ku injak seakan berputar, aku berpegang. Aku terjatuh, rasanya aku memasuki dunia yang
berbeda. Aku tak sadarkan diri. Aku mulai membuka mata yang kudapati suasana
kamar yang redup. Ada seorang anak kecil kira-kira berusia 7 tahun dan seorang ibu. Mereka terlihat
sangat akrab, aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Aku ketakutan dan
bingung. “Dimanakah aku berada sekarang? Siapakah anak dan sang ibu itu? Mengapa aku
berada disini?”
Berbagai macam pertanyaan tak henti-hentinya
mendorong otakku untuk berpikir logis. Aku meringkuk di pojok kamar. Dengan
mata menjelalat kesana-kemari. Perlahan-lahan aku mendengarkan suara sang ibu
bercerita. Sepertinya mereka tak menyadari kehadiranku.
“ Sayangku tahukah engkau bahwa Ibu sangat menyayangimu?”
Tanya sang ibu dengan suara paraunya.
“ Iya Bu..tapi
mengapa aku terlahir seperti ini? Apakah Tuhan menyayangiku? Kalau Tuhan
menyayangiku, mengapa aku berbeda dengan teman-teman? Apa salah Nina Bu? Teman-teman selalu
mengejek Nina. Mengapa Nina tidak bisa bermain dengan teman-teman,
mengapa Nina selalu dikurung dirumah? Perut Nina selalu sakit Bu? Apa salah
Nina Ibu?”
Jawab Nina sambil terisak-isak dipangkuan ibunya.
Sedari kecil anak itu selalu dikurung di dalam rumah,
ibunya tidak tega membiarkannya terus murung, suatu ketika ibu itu
membiarkannya main, tapi naas musibah yang menimpa mereka, Nina harus dirawat
di rumah sakit karena penyakit jantungnya yang kronis. Sang ibu tidak tega membiarkan anaknya menanggung penderitaan
seperti itu. Ibu itu telah memutuskan mendonorkan salah satu bagian organ dalam
untuk anaknya. Ibu sadar hidupnya tidak akan lama lagi. Mereka berdua selalu
menghabiskan waktu berdua. Ibu sangat tahu resikonya bila ia meninggalkan Nina
dengan sangat tiba-tiba.
Setiap hari ibu membacakan buku gambar yang ia buat. Bermula
dari seekor ayam betina beberapa saat kemudian ayam betina itu bertelur,
halaman selanjutnya ayam betina meninggalkan telurnya pergi kemudian lupa,
halaman selanjutnya telur itu menetas, tumbuh dewasa sendiri. Kemudian ayam
betina dewasa itu bertelur, halaman selanjutnya ayam betina meninggalkan
telurnya pergi kemudian lupa, halaman selanjutnya telur itu menetas, tumbuh
dewasa sendiri. Kemudian ayam betina itu bertelur, halaman selanjutnya ayam
betina meninggalkan telurnya pergi kemudian lupa, halaman selanjutnya telur itu
menetas, tumbuh dewasa sendiri. Kemudian ayam betina itu bertelur, halaman
selanjutnya ayam betina meninggalkan telurnya pergi kemudian lupa, halaman
selanjutnya telur itu menetas, tumbuh dewasa sendiri.
Cerita itu selalu berulang di setiap halamannya. Nina
yang masih kecil tertanam dalam pikiran dan ingatnya seperti cerita yang ia
baca. Ia tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi hingga membuatnya
tumbuh menjadi wanita dewasa. Ia tumbuh sendirian ditengah kerasnya hidup. Kerabatnya
hanya sesekali datang dan memberi santunan kepada Nina. Nina tidak ingat siapa
yang menggambar dalam buku gambar tersebut, yang ia tahu, ia selalu membaca
buku tersebut tanpa tahu akhirnya, dan terus melupakan apa yang terjadi.
Aku tercengang melihat kejadian itu, seorang yang
tertutup kain mori tergeletak di kasur rumah sakit dan anak kecil yang berada di
ruang operasi. Aku melihat begitu jelas apa yang terjadi. Aku memandangi
lekat-lekat siapa yang berada di balik kain mori. Dia adalah ibu dari anak yang
berada di ruang operasi. Aku pun bingung, mengapa aku berada pada situasi
sekarang ini. Apa hubunganku dengan mereka? Aku tiba-tiba tidak sadarkan diri,
tergelat jatuh.
Sang ibu membuatkan buku bergambar untuk anaknya
agar sang anak melupakan kepedihan yang dialami karena kehilangan ibunya.
Beberapa jam kemudian aku terbangun. Kepalaku begitu
berat. Aku terbangun tepat di depan cermin. Aku bingung dengan kejadian yang baru saja menimpaku. Aku
mengambil buku bergambar dan membaca ceritanya. Hingga aku pun lupa apa yang
terjadi.
------Selesai----
Terinspirasi dari film anime.
Minggu, 27 April 2014
“Catatan Cinta Merah ”
Perkenalkan
sobat namaku Merah, mungkin agak sedikit lebay tapi aku mengganggap ini sungguh
luar biasa. Memandangnya secara diam-diam membuatku terpaku lebih dalam, tak
ingin berpaling. Aku suka sekali menulis di buku diary. Hanya karena kejadian yang super singkat rasa ini bisa
berpaling. Cerita yang kutulis kali ini berjudul “Pengakuan Cinta Putri”.
Selasa, 15 April 2014
Kaki
Dengan kaki ini aku menjelajah,
mengintai bumi dari langkahku,
menapaki sisiran kehidupan,
aku hanya,
TERUS BERJALAN
-Lia-
mengintai bumi dari langkahku,
menapaki sisiran kehidupan,
aku hanya,
TERUS BERJALAN
-Lia-
Minggu, 23 Maret 2014
Gunung Lawu (Mereka menjadi Kami) Para alien dari Planet UNY Community
Gunung Lawu (Mereka menjadi
Kami)
Para alien dari Planet UNY
Community
Awalnya
saya sama sekali tidak berniat ikut mendaki dengan rombongan mereka, bukan
berarti saya tidak ingin naik gunung. Alasannya saya tidak mengenal teman-teman
yang akan mendaki bersama saya, saya juga tidak berani bila berpegian jauh naik
motor sendirian, well entah itu alasan yang berbobot atau tidak, tapi itu
kenyataannya. Sebenarnya kalau saya mau, saya bisa berkenalan dengan mereka
saat TM. Karena hati saya sedang gundah gulana, diterjang berbagai macam alasan
yang bergemuruh bagaikan badai di pikiran saya, akhirnya saya memutuskan untuk
tidak berangkat TM pada hari Kamis, tanggal 13 Maret 2014, sore pukul 16.00
WIB. Sepertinya memang seperti itu seharusnya terjadi.
Jumat
malam saat saya sedang berada di Pantai Parangtritis, pikiran saya tiba-tiba
berubah lagi, pada awalnya saya yang yakin tidak ikut dalam pendakian gunung
kali ini, tiba-tiba tergeser dengan emosi kesepian saya. Heehee.. (Adam..mana..Adam, aku di sini :D).
Otak
saya bekerja bekerja begitu keras, untuk memutuskan hal yang begitu penting,
saya paksa otak saya untuk berpikir, banyak pertimbangan untuk berangkat atau
tidak berangkat, salah satu nya kondisi
fisik saya yang memang sedang tidak stabil (kurang istirahat). Agenda di
Parangtritis memang menguras tenaga dan pikiran, walaupun saya tidak melakukan
apapun, untuk sekadar tidur nyenyak pukul 1.00 dini hari rasanya kurang nyaman
tidak seperti di kasur sendiri. Disaat teman-teman saya sibuk mengurus acara,
saya dan salah satu teman saya bertugas menjaga basecamp. Tugasnya cukup
sederhana, kami hanya disuruh menunggui.
Kalian tahu apa yang kami lakukan? Yaaappp.. benar sekali, kami berdua tidur
menghimpun tenaga untuk digunakan keesokan harinya.
Subuh,
Kami berdua meninggalkan Pantai Parangtritis. Teman saya ada acara observasi
sekolah sehingga dia ijin meninggalkan acara, kalau saya “kalian tahu sendiri kan?”Kami berdua sampai di Jogja pukul 7.00
pagi. Saya sama sekali belum menyiapkan apapun untuk mendaki keangkuhan Gunung
Lawu. Kegiatan pertama yang saya lakukan adalah kegiatan fisik yang sangat
berpengaruh bagi daya tahan tubuh saya saat mendaki yaitu, TIDUR hahahahhaaa . . .jujur saat itu saya masih sangat mengantuk.
Saya bangun pukul 8.00 dilanjutkan dengan aktivitas selanjutnya yaitu belanja
dan pergi ketempat penyewaan untuk pendakian.
Huahhh
pagi itu rasanya sunguh Amazing luar
biasa. Oo iya saya belum memperkenalkan
teman-teman saya ya? Sabar, masih
belum saatnya, sebentar lagi :*
Ting..
tong.. ting.. tong.. alarm HP saya berbunyi (sesungguhnya tidak hee)
menunjukkan pukul 10.00, saya langsung menghubungi Ketua suku Awan melalui
pesan singkat super cepat. Kata Pak Awan “teman-teman lain sudah pada
menunggu.”
Waduhhh
hati saya langsung berdebar-debar, duh salah ya, maksud saya jantung. Saya
berpikir alien-alien macam apa yang akan saya temui sebagai teman mendaki saya.
Apakah mungkin saya sendiri alien bagi mereka, Gaswatt kalau begitu... Tarik
nafas, tahan, buang.. huuhh
Odong-odong
merah sudah saya hidupkan, mari kita pemanasan terlebih dahulu, huha-huha-huha.
Oke pemanasan selesai, melaju ke medan pertempuran *eh.. maksud saya meluncur
dengan kecepatan standar ke Rektorat cuussss..
-------S
l o
w m
o t
i o n
---------
Seperti
di film-film adegan diperlambat dengan tenang. Saat odong-odong merah saya
berhenti, dan semua pasang mata para alien memandangi saya. Saya dengan sangat
anggun dan berhati-hati membuka helm dan efek angin sepoi-sepoi menerpa
kerudung merah jambu saya, membuat suasana seakan sempurna. Senyum saya merekah
kepada mereka, berusaha membuat kesan pertama begitu elegan dan tajam wuessss,
dengan penampilan saya yang lumayan lah, walau pake training dan make-up
seadanya. Pokonya saya sudah berusaha. Seeeetttt
waktu kembali normal
Saya
terkejut ternyata teman dari satu suku juga ikut Zizi namanya, beruntung sekali
saya menemukan oase ditengah panasnya kesendirian. Setelah itu saya mulai
berkenalan dengan para alien-alien itu.
Ada alien perempuan lagi rupanya namanya mbak Hanum, saya langsung bisa
akrab dengan mbak Hanum, mbak Hanum orangnya rame dan enak buat diajak
ngobrol “kalo aku si yes”*eh looo.
Untuk
beberapa saat, mata saya langsung jelalatan, saya melihat beberapa alien yang
berbeda jenis di sini. Huaawwww kesan
pertama saya. Saya mulai berkenalan dengan mereka, ada yang namanya alien Awan
(Ketua suku dari planet UNY Community),
Alien Wawan (abang Kalimantan singgah di Jawa), Alien Anggun (mas yang sangat
anggun saat berbicara, teman motornya Zizi), Alien Okti (Mang Okti yang super
ngebut, kocak), Alien Han(Ome Han yang tetap semangat), yang satunya lagi alien
Clana Pendek (mas yang pake clana pendek, sampai sekarang saya masih belum tahu
nama anda huhuhu sedihnya, tapi masnya
seneng senyum).
Jam
sudah menunjukan pukul 11 kurang, saya dan teman-teman belum juga berangkat,
ternyata masih ada satu alien lagi yang ditunggu, ternyata BUUUMMM. Alien Indah
dari suku yang sejenis dengan saya datang. Wkwkwkwkwkkk dunia memang
benar-benar sebesar Rektorat.
Pukul
11.00 Perjalanan dimulai dari Rektorat UNY menuju tempat wisata di Jawa Timur
Cemorosewu. Sebelum sampai di tempat tujuan, saya dan teman-teman singgah
sebentar untuk mengisi kekosongan rongga di dalam perut alias makan di daerah
Karanganyar, Jawa Tengah. Sesampainya di sana tenyata cuaca tidak mendukung
untuk pendakian. Hujan lebat dan kabut mengguyur jalan setapak yang akan saya
dan meraka lewati. Akhirnya saat sang Hujan sudah mulai berhenti gelisah saya
dan teman-teman mulai mendaki diawali dengan berdoa dan pemanasan terlebih
dahulu. Eehhh.. ada yang ketinggalan ada satu alien lagi yang terlupa, namanya
alien Emma (sang pengabadi moment, Fotografer kita ).
Saya
dan teman-teman benar-benar mirip alien dengan jas hujan yang beraneka ragam
dan beraneka warna, yang menyatu dengan tubuh kami masing-masing. Langkah
pertama saya awali dengan bismillah, mantapkan
langkah menelusuri tangga-tangga ajaib yang tebuat dari tumpukan batu.
Satu jam terlewati, kaki kami yang banyak bergerak, mendapati catatan akan indahnya anak tangga yang diciptakan Sang PENCIPTA, tangan kami yang menjangkau pegangan untuk menjaga keseimbangan dan untuk menggengam erat tangan saudara kami, mata kami yang saling menguatkan dan berbicara melalui kerlipan bahwa “Kita Bisa Kawan”, hati kami yang selalu terhubung untuk saling mencintai dan mengucap tasbih akan kebesaran-Mu Tuhan.
Satu jam terlewati, kaki kami yang banyak bergerak, mendapati catatan akan indahnya anak tangga yang diciptakan Sang PENCIPTA, tangan kami yang menjangkau pegangan untuk menjaga keseimbangan dan untuk menggengam erat tangan saudara kami, mata kami yang saling menguatkan dan berbicara melalui kerlipan bahwa “Kita Bisa Kawan”, hati kami yang selalu terhubung untuk saling mencintai dan mengucap tasbih akan kebesaran-Mu Tuhan.
Hujan,
kabut, batu, tanah, tumbuhan, dan hewan. Saya dan teman-teman mulai terbiasa
dengan itu semua. Dari awal berangkat pada hari Sabtu sekitar pukul 16.30 kami
sudah ditemani dengan hujan, sehingga kami semua sudah cukup merasa akrab
dengan keadaan di sini. Dingin itu pasti, medan yang tak mudah itu jelas,
dengan ketinggian 3267 Mdpl memang. Tapi saya dan teman-teman menikmati
tantangan ini.
Selangkah
demi selangkah terlewati, tanjakan dan tangga-tangga ajaib mulai kami makan.
Dengan kesabaran saya dan teman-teman sampai di pos pertama. Lelah sangat,
sebelum sampai di pos pertama ada banyak pos-pos kecil yang kami sah kan dengan
nama ”Anak-Anak Pos Satu” yeeee....
Perjalan masih berlanjut, hujanpun masih setia menemani langkah kokoh kami.
Saya mulai mengeluh, mengapa jarak antara pos pertama dan kedua sangat jauh,
tapi memang begitu keadaannya. Jarak pos terjauh adalah pos pertama menuju pos
kedua. Untuk mengusir ketenangan dalam perjalanan, kadang kami mengobrol hal
yang tidak penting. Tapi menurut saya hal yang tidak penting itu justru menjadi
penting untuk membuat hangatnya kebersamaan.
Pos
demi pos telah terlewati dengan teguhnya niat kami mencampai puncak. Pos terakhir
adalah pos lima, kami bagian yang rombongan awal memutuskan unuk melanjutkan
perjalanan menuju puncak dan membuat tenda di puncak. Anggota badan mulai
kelelahan tapi semangat dari hati kami tak padam hanya kerena hujan. Terus
maju, pantang mundur, kami regu awal hanya berbekal peta dan belum pernah ada
yang mendaki Gunung Lawu, dengan berbekal peta, kepercayaan, dan kesabaran,
kami menelusuri jalan yang agak berbeda dengan pos-pos sebelumnya. Kami sempat
ragu apakah jalan yang kami lewati itu benar atau salah. Tapi kami terus
mencoba. Hingga matahari mulai siap menyapa kami. Pukul 4.00 pagi kami
rombongan awal sampai di puncak. Alhamdulillah.
Kami
membuat tenda seadanya karena kondisi fisik kami bisa dibilang lemah. Berjalan
hampir 12 jam di selingi dengan istirahat. Beberapa saat kemudian teman-teman
kami di belakang mulai berdatangan. Saya yang baru bangun tidur, ternyata
disebelah saya sudah ada Zizi dan mbak Indah, akhirnya kalian sampai juga.
Mumumumu :*
Kami
foto bersama-sama di puncak Lawu, Kelelahan kami mulai pudar dengan adanya
pemandangan yang terbentang sejauh mata melihat. Rasa dingin kami mulai
menghilang dengan adanya serbuk-serbuk ajaib matahari yang melumuri tubuh
kami.
Awalnya
kami yang tidak saling mengenal dipertemukan dalam satu situasi. Disini tidak
ada lagi saya dan mereka, yang ada
hanya kami.
Kami sang alien
pengembara alam.
Saya belajar arti pengorbanan, saya belajar
arti keikhlasan, belajar arti perjuangan, kesungguhan, dan persahabatan yang di
mulai dari Lawu.
Love
you semua, entah agenda apa lagi yang akan kita lewati bersama. Masa depan
masih misteri, jagalah dan hargailah yang ada sekarang. Itu bisa membantu untuk
mempertemukan kita kedepannya. Sahabat-sabahat alienku, aku juga termasuk dari
kalian.
UNY
COMMUNITY :*
(Lia
Pasti Bisa)
Di puncak Lawu
Berkibarlah Sang Saka Merah Putih
menghangatkan badan di pos tiga
Puncak Lawu
Sebelum Manjat
Teman-teman :D
Langganan:
Postingan (Atom)